Loading...
Balai Kerapat Tinggi (Museum Balairung Sri)
Museum Budaya dan Sejarah Siak Balai Rung Sri adalah museum umum yang menempati gedung cagar budaya yang bernama Balai Kerapatan Tinggi Siak. Balai ini dibangun pada tahun 1886 pada masa pemerintahan Sultan Siak ke-11, yaitu Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin. Gedung dirancang oleh seorang Arsitek bernama Tengku Sulung Putra. Pembangunan museum dilakukan dengan bergotong royong oleh para penduduk yang mendalami wilayah Datuk Empat Suku. Sebelumnya, Museum Budaya dan Sejarah Siak Balai Rung Sri digunakan sebagai tempat penobatan raja, musyawarah kerajaan dan pengadilan hukum. Koleksi unggulan museum ini yaitu Ruang Persidangan. Gedung Museum Budaya dan Sejarah Siak Balai Rung Sri berbentuk podium dua lantai. Gedungnya berbentuk segi empat dengan ukuran 30,8 meter × 30,2 meter. Ruang utama terletak di lantai kedua dengan pintu masuk berupa tangga beton, sedangkan pintu keluar melalui dua tangga, yaitu tangga besi atau tangga kayu yang berbentuk spiral. Arsitektur bangunan disebut sebagai “sangkar burung sirindit”. Di lantai kedua terdapat tiga ruangan utama yaitu ruang sidang, ruang panitera, dan ruang tunggu persidangan. Di dalam ruang utama terdapat singgasana Kerajaan Siak yang berwarna emas dengan motif sulur dan naga. Gedung Museum Budaya dan Sejarah Siak Balai Rung Sri memiliki tiga tangga untuk naik ke lantai dua. Tangga utama menghadap ke Sungai Siak. Tangga menghadap ke timur terbuat dari besi, sedangkan tangga yang menghadap ke barat terbuat dari kayu. Selain itu, di gedung ini juga terdapat toilet dan tempat beristirahat. Kolom bangunan Museum Budaya dan Sejarah Siak Balai Rung Sri merupakan perpaduan antara kolom bergaya Ionic, Yunani dan kolom kayu. Bangunan ini dibangun dengan langgam bergaya Neoklasik Pada tahun 1937, pemerintah Hindia Belanda merenovasi gedung ini. Pintu keluar dari balai dibuat menjadi dua tangga yang berbeda. Di sebelah kanan terdapat tangga besi, sedangkan di sebelah kiri terdapat tangga kayu. Tangga kayu dan besi ini memiliki makna tertentu pada masa persidangan. Turun melalui tangga besi menyatakan bahwa pelaku tidak bersalah, sedangkan turun dari tangga kayu bermakna bahwa pelaku bersalah (WikiPedia, 2022).
Tour